Sabtu, 28 Desember 2013

TRADISI PESANTREN DALAM TANTANGAN ARUS GLOBALISASI

TRADISI PESANTREN DALAM TANTANGAN ARUS GLOBALISASI “diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kapita Selekta Pendidikan Islam" Disusun Oleh Kelompok 3 Aminudin Dosen pengampu WAHYUDIN, S.Ag, M.Ag. PROGRA STUDI (S.1) PAI STAI AULIAURRASYIDIN TEMBILAHAN T/A 2012-2013 BAB I PENDAHULUAN TRADISI PESANTREN DALAM TANTANGAN ARUS GOBALOSASI A. Latar belakang Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan islam tertua di indonesia. Ia memiliki hubungan fongsional simbiotik dengan ajaran islam. Yaitu, dari satu sisi keberadaan pesantren diwarnai oleh corak dan dinamika ajaran islam yang dianut oleh para pendiri dan kiai pesantren yang mengasuhnya, sedangkan pada sisi lain, ia menjadi jembatan utama (main bridger) bagi proses internalisasi dan tranmisi ajaran islam kepada masyarakat. memalui pesantrenlah agama islam menjadi membumi dan mewarnai seluruh aspek kehidupan masyrakat, sosial, keagamaan,hukum, politik, pendidikan, lingkungan, danlain sebagainya. Dari sejak didirikannya pada abad ke-16 hingga saat ini pesantren tetap eksis dan memainkan perannya yang sangat besar dalam kehidupan masyarakat indonesia yang islam. Melalui tradisi yang unik dan berbasis religiusitas ajaran islam, serta kiprah para lulusannya yang tampil sebagai tokoh Nasional yang kharismatik dan kredibel, pesantren semakin dihormati dan diperhitungkan, dan karena ia telah diintegrasikan kedalam sistem pendidikan nasional, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional (Sisdiknas) Eksistensi dan peran strategis pesantren sebagaimana tersebut diatas kini dihadapkan pada tantangan baru sebagai akibat dari arus globalisasi. Tantangan tersebut antara lain 1. Adanya penggunaan sains dan teknilogi dalam kehidupan masyarakat yang mempengaruhi lahirnya pola komunikasi, interaksi, sistem pelayanan publik, dan pelaksanaan barbagai kegiatan. 2. Masuknya nilai-nilai budaya modern (barat) yang bercorak materialistik, hedonistik, dan sakularistik yang menjadi penyebab terjadinya dekadensi moral. 3. Interdepedensi (kesaling ketergantungan) antara negara yang menyebabkan terjadinya dominasi dan hegemoni negara kuat atas negara yang lemah. 4. Meningkatnya tuntutan publik untuk mendapatkan perlakuan yang semakin adil, demokratis, egaliter, cepat dan tepat yang menyebabkan terjadinya fragmentasi politik 5. Adanya kebijakan pasar bebas (free market) yang memasukkan pendidikan sebagai komoditas yang diperdagangkan yang selanjutnya berpengaruh terhadap visi, misi dan tujuan pendidikan beserta komponen lainnya. B. Rumusan masalah Dari permasalahan diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Akan sanggupkah dunia pesantren menghadapi tantangan arus globalisasi tersebut? 2. Seberapa jauh tradisi pesantren yang menjadi ikon dan kekuatannya mampu menghadapi tantangan arus globalisasi tersebut? 3. Bagaimanakah format dunia pesantren dalam menghadapi tantangan arus globalisasi tersebut? BAB II PEMBAHASAN A. TRADISI PESANTREN Kata tradisi berasal dari bahasa Ingris, tradition yang berarti tradisi. Dalam bahasa Indonesia, tradisi diartikan sebagai sesuatu (seperti adat, kepercayaan, kebiasaan, ajaran dan sebagainya) yang turun menurun dari nenk moyang hingga anak cucu. Kata adat tersebut berasal dari bahasa Arab, jamaknya ‘waid yang artinya habid (kebiasaan). Sedangkan kata pesantren berasal dari kata pesantrian, yang berarti asrama dan tempat murd-murid belajar mengaji. Dalam pengertian yang umum digunakan, pesantren adalah salah satu lembaga pendidikan islam tertua di Indonesia yang didalamanya terdapat pondokan atau tempat tinggal kiai, santri, mesjid dan kitab kuning. Dengan demikian dapat diketahui bahwa yang dimaksud dengan tradisi pesantren adalah segala sesauatu yang dibiasakan, dipahami, dihayati, dan dipraktekkan dipesantren, yaitu berupa nilai-nilai dan implementasinya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga membentuk kebudayaan dan peradaban yang membedakannya dengan tradisi yang terdapat pada lembaga pendidikan lainya. Tradisi pesantren juga berarti nilai-nilai yang dipahami, dihayati, diamalkan dan melekat pada seluruh komponen pesantren sebagaimana tersebut diatas. Tradisi yang ada dipesantren antara lain tradisi rihlah ilmiah, meneliti, menulis kitab kuning, praktek thariqat, menulis buku, menghafal, berpolitik, dan tradisi yang bersifat sosial keagamaan lainya. Beberapa tradisi ini selengkapnya dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Tradisi Rihlah Ilmiah Rihlah ilmiah secara harfiah berarti perjalanan ilmu pengetahuan. Sedangkan dalam arti yang biasa dipahami Rihlah ilmiah, adalah melakukan perjalanan dari suatu daerah kedaerah lain, atau dari satu negara kenegara lain, baik dekat maupun jauh, dan terkadang bermukim dalam waktu cukup lama bahkan tidak kembali kedaerah asal, dengan tujuan utama mencari, menimba, memperdalam, dan mengembangkan ilmu pengetahuan, bahkan mengajarkannya dan menuliskannya dalam berbagai kitab. 2. Tradisi Menulis Buku Menulis buku merupakan salah satu tradisi yang dilakukan oleh para kiai pesantren. Beberapa ulama pimpinan yang produktif dalam menulis Buku diantaranya Nawawi al-Batani misalnya menulis lebih dari 100 judul kitab yang terbagi kedalam 9 bidang ilmu agama, yaitu tafsir, fiqh, usul al-din, ilmu tauhid (teologi), taswuf (mistisisme), kehidupan Nabi, tata bahasa Arab, hadits dan akhlak (ajaran moral islam) 3. Tradisi Meneliti Dilihat dari segi sumbernya terdapat penelitian bayani, burhani, ijbari, jadali dan ’irfani. Penelitian bayani adalah penelitian yang berkaitan dengan kandungan Alqur’an al Sunnah dengan bekal penguasaan bahasa Arab dan berbagai cabangnya yang kuat, ilmu tafsir dan berbagai cabangnya, ilmu hadits dan berbagai cabangnya. Penelitian burhani adalah penelitian yang berkaitan dengan fenomena sosial dengan bekal etodologi penelitian sosial, bahasa dan ilmu bantu lainya. Penelitan ijbari berkaitan dengan fenomena alam fisik jagat raya dengan menggunakan eksperimen atau percobaan dilaboratorium. Penelitian ini menghasilkan sains. Penelitian jadali berkaitan dengan upaya memahami berbagai makna dan hakikat segala sesuatu dengan jalan menggunakan akal secara spekulatif, sistematik, radikal, universal, dan mendalam. Sedangkan penelitian irfani adalah penelitian yang berkaitan dengan upaya mendapatkan ilmu secara langsung dengan menggunaan kekuatan intuisi (instinct batin) yang dibersihkan dengan cara mengendalikan hawa nafsu, menjalankan ibadah ritual, zikir, kontemplasi, wirid, dan sebagainya dan hasilnya adalah tasawuf. 4. Tradisi Membaca Kitab Kuning Seorang peneliti asal belanda, Martin van Bruinessen, telah menunjukkan dengan jelas tentang adanya tradisi membaca kitab kuning dipesantren. Melalui bukunya yang berjudul yellow book (buku kuning), Bruinessen mengimpormasikan bahwa kitab-kitab karangan para kiai sebagaimana tersebut diatas, khususnya karya Nawawi al-Batani dan Mahfudz al-tirmasi telah menjadi kitab rujukan utama yang dipelajari dipesantren-pesantren dipulau jawa dan sekitarnya. 5. Tradisi Berbahasa Arab Seiring dengan adanya tradisi penulisan kitab-kitab oleh para kiai sebagaimana tersebut diatas dengan menggunakan bahasa arab, maka dengan sendirinya telah menumbuhkan tradisi berbahasa arab yang kuat dikalangan pesantren. Hal ini didasarkan pada perasaan yang kuat, bahwa bahasa arab memiliki pengaruh psikologis yang kuat dalam kaitannya dengan membangun moralitas dan perasaan keagamaan (relegiousity). Mereka mengetahui bahwa alqur’an dan al sunnah ditulis dengan bahasa arab. Dengan bahasa arab pula digunakan ketika sholat dan berdo’a. 6. Tradisi Mengamalkan Thariqat Dari berbagai sumber yang ada, masyarakat salafiah yang dibangun oleh dunia pesantren itu mewujudkan kesatuan tak terpisahkan antara akhlak dan taqwa. Dalam hal ini tasawuf tidak bisa terpisahkan dari keselruhan agama. Bahkan jika tasawuf itu adalah disiplin yang lebih berurusan dengan masalah-masalah inti keagamaan yang bersifat esoteris. Dari sudut ini, maka ilmu tasawuf tidak lain adalah penjabaran secara nalar (nazhar) teori ilmiah tentang apa sebenarnya takwa itu. 7. Tradisi Menghafal Menghafal adalah salah satu metode atau cara untuk menguasai mata pelajaran. Caranya dimulai dengan belajar mata teks kitab, memberi arti pada teks, memahaminya dengan benar, dan kemudian menghafalnya diluar kepala. Metode menghafal ini dilakukan umumnya pada meteri tingkat dasar yang terdapat dalam kitab-kitab materi pokok atau yang lebih dikenal dengan matan. 8. Tradisi Berpolitik Berkiprah dalam bidang politik dalam arti teori dan praktek juga menjadi salah satu tradisi dikalangan dunia pesantren pada umumnya. Lahirnya Nahdatul Ulama (NU) pada tahun 1926 yang selanjutnya pernah berubah menjadi salah satu partai politik yang ikut pemilu (Pemilihan Umum) pada tahun 1970-an menunjukkan kuatnya tradisi berpolitik dikalangan pesantren. 9. Tradisi Lainnya Tradisi lainnya yang dipraktekkan dipesantren yang lebih bersifat sosial keagamaan adalah tradisi poligami bagi kiai yang dilakukan dalam rangka menghsilkan keturunan yang dapat menjadi kiai lebih banyak lagi. B. TANTANGAN ERA GLOBALISASI BAGI DUNIA PESANTREN Menurut Azyumardi Azra, bahwa Globalisasi bukanlah fenomena baru bagi masyarakat Muslim Indonesia. Menurutnya, Pembentukan dan Perkembangan masyarakat Muslim Indonesia bahkan bersamaan dengan datangnya berbagai gelombang global secara konstan dari waktu ke waktu. Sumber Globalisasi itu adalah Timur Tengah, khususnya mula-mula Makkah dan Madinah, dan sejak akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 juga Kairo. Selain itu, globalisasi adalah kata yang digunakan untuk mengacu kepada “bersatunya” berbagai negara dalam globe menjadi satu entitas, Globalisasi secara istilah berarti perubahan-perubahan struktural dalam seluruh kehidupan negara bangsa yang mempengaruhi fundamen-fundamen dasar pengaturan hubungan antara manusia, organisasi-organisasi sosial, dan pandangan-pandangan dunia. Dalam menghadapi tantangan globalisasi yang demikian adanya, dunia pesantren sudah memiliki pengalaman yang panjang dan kaya yang secara singkat dapat dikemukakan sebagai berikut : 1. Dalam Menghadapi Kemajuan IPTEK Secara historis, pesantren pada mulanya mengosentrasikan diri pada tiga fungsi utama, yaitu: 1. Mengajarkan atau menyebarluaskan ajaran Islam kepada masyarakat luas; 2. Mencetak para ulama; 3. Menanamkan tradisi Islam ke dalam masyarakat Dalam menghadapi arus globalisasi, Pesantren melakukan inovasi terhadap kurikulum dan kelembagaan pendidikannya, mulai dari yang bercorak tafaqquh fi al-din system salafiah yang berbasis kitab kuning, hingga pada Madrasah diniyah, Madrasah sebagai sekolah umum yang berciri khas agama, sekolah umum, sekolah kejuruan, akademi, sekolah tinggi, institut, hingga universitas. Berbagai inovasi ini sudah ada di dalam dunia Pesantren . Dengan adanya program yang demikian,maka lulusan pesantren kini tidak hanya menguasai ilmu agama saja, melainkan juga ilmu-ilmu modern, ilmu terapan, keterampilan, penguasaan, teknologi modern, dan penguasaan terhadap isu-isu kontemporer, dengan tidak meninggalkan tradisi utamanya sebagai sebuah Pondok Pesantren. Menurut Dawam Rahardjo, bahwa pesantren dan madrasah saat ini dianggap sebagai The Centre of Excellent , karena di sambut positif oleh masyarakat modern, dan dianggap sebagai bagian dari hidupnya. Merka merasa lebih mantap putra-putrinya ke madrasah pesantren.Kini madrasah dianggap sebagai sekolah Plus, karena selain memberikan pengetahuan umun, juga mengutamakan penanaman ajaran keagamaan yang tidak terbatas pada ranah kognitif, tetapi juga masuk pada ranah etika, moral, dan tingkah laku. Dengan demikian, maka pesantren tidak akan di tinggalkan. 2. Dalam Menghadapi Budaya Barat Dalam menghadapi budaya Barat yang Hedonistik, materialistik, pragmatis, dan sekularistik yang berdampak pada dekadensi moral, dunia pesantren diakui sebagai lembaga pendidikan yang paling efektif dalam membentuk karakter bangsa. Secara garis besar, ada tuga hal yang menjadikan pondok pesantren tetap istiqomah dan konsisten dalam melaksanakan misinya, yaitu nilai, sistem, dan materi pendidikan pondok pesantren. Aspek Pertama, nilai-nilai keislaman dan pendidikan jiwa, falsafah hidup santri, yaitu, keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, ukhuwah Islamiyah. Aspek Kedua, sistem asrama yang penuh disiplin dan tercipta dari pusat pendidikan : sekolah, keluarga, dan masyarakat. Aspek Ketiga, adalah materi ilmu agama dan ilmu kauniyah. Ketiganya dapat berubah sesuai dengan tuntutan masyarakat dan kemajuan zaman, akan tetapi nilai-nilai yang merupakan roh atau jiwa tidak berubah. 3. Dalam Menghadapi Tuduhan Miring Dalam dua dekade terakhir muncul tuduhan miring dari Barat terhadap Pesantren. Misalnya mengaitkan Pesantren sebagai tempat melakukan kaderisasi para teroris atau kaum radikalis yang sering meresahkan masyarakat luas, mengganggu stabilitas Nasional dan menimbulakn citra negatif terhadap Pesantren dan Negara Indonesi secara umumnya.Tuduhan miring tersebut sama sekali tidak memiliki fakta atau bukti yang tepat serta data yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademik. Fakta yang ada bahwa di kalangan para kyai pimpinan pondok Pesantren , seperti K.H.Hasyim Asy’ari, K.H. Wahab Hasbullah, dan yang lainnya telah tumbuh pada mereka semangat nasionalisme yang kuat yang di buktikan dengan keikutsertaan mereka dalam membebaskan Indonsia dari cengkraman kekejaman penjajah. 4. Dalam Mengembangkan Ilmu Agama Sejak kelahirannya, Pesantren senantiasa menjadi tumpuan masyarakat untuk memperoleh jawaban atas berbagai masalah yang mereka hadapi dalam kaitannya dengan permasalahn serta ajaran agama. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama teknologi komunikasi, dan banyak permasalahan kontemporer yang tumbuh di masyarakat, dunia pesantren melalui tokoh utamanya para kyai harus memberikan jawaban dan respon yang cepat, tepat, dan tuntas.   BAB III PENUTUP • KESIMPULAN Berdasarkan uraian dan analisis di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut: Pertama, pesantren sekurang-kurangnya memiliki sembilan tradisi yang melekat padanya, yaitu : - Rihlah ilmiah; - Menulis kitab; - Melakukan penelitian; - Membaca kitab kuning; - Berbahasa Arab; - Mengamalkan ajaran Thariqat; - Menghafal mata pelajaran; - Berpolitik; dan - Tradisi yang bersifat sosial keagamaan dan kemasyarakatan. Kedua, Dengan tradisi yang telah dijelaskan pada poit pertama,pesantren tidak hanya mampu menjalankan misi utamanya, seeperti melahirkan ulama, memasyarakatkan ajaran Islam dan menanamkan tradisi Islam, juga menyebabkan pesantren tetap eksis dan bertahan hingga detik ini.Melalui para lulusannya yang memiliki karakter yang demikian, keberadaan pesantren telah mewarnai kehidupan sosio kultural dan keagamaan masyarakat. Ketiga, Dengan tradisi yang demikian, pesantren di era globalisasi seperti sekarang ini ternyata semakin menunjukkan peran dan fungsinya yang makin dirasakan oleh masyarakat. Era globalisasi yang menimbulkan tantangan dalam penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, telah di jawab oleh pesantren dengan melakukan pengembangan kurikulum dan membuka program pendidikan yang makin variatif serta membentuk lembaga yang memberikan kemampuan pesantren menjawab isu-isu kontemporer. Selanjutnya era globalisasi yang menimbulkan tantangan di bidang budaya asing telah di jawab oleh pesantren dengan menyelenggarakan pendidikan karakter yang efektif yang berbasis pada Thariqat dan Tasawuf. Selanjutnya tantangan globalisasi berupa tuduhan miring, telah dijawab oleh pesantren dengan mengedepankan semangat Nasionalisme. DAFTAR PUSTAKA Abdullah Syukri Zarkasyi. 2005 Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Abudin Nata. 2001. studi Islam Komprehensif. Jakarta: Prenada Media. Ali Maschan Moesa. 2007. Nasionalisme Kyai, Konstruksi Sosial Berbasis Agama. Yogyakarta: LkiS. Azyumardi Azra. 1999. Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium Baru. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. ______________. 2009. Pendidikan Islam di Era GlobalisasI. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Ismail SM dkk. 2002. Dinamika Pesantren dan Madrasah. Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang dan Pustaka Pelajar. Jhon M. Echols dan Hassan Shadily. 1980. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta:Gramedia. W.J.S.poerwadarminta. 1980. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar