TEORI-TEORI PENGEMBANGAN METODE PENDIDIKAN ISLAM
A. PENDAHULUAN
Tidaklah berlebihan jika ada sebuah ungkapan “aththariqah ahammu minal
maddah”, bahwa metode jauh lebih penting dibanding materi, karena sebaik
apapun tujuan pendidikan, jika tidak didukung oleh metode yang tepat, tujuan
tersebut sangat sulit untuk dapat tercapai dengan baik. Sebuah metode akan
mempengaruhi sampai tidaknya suatu informasi secara lengkap atau tidak. Oleh
sebab itu pemilihan metode pendidikan harus dilakukan secara cermat,
disesuaikan dengan berbagai faktor terkait, sehingga hasil pendidikan dapat
memuaskan. Apa yang dilakukan Rasulullah SAW saat menyampaikan wahyu Allah
kepada para sahabatnya bisa kita teladani, karena Rasul saw. sejak awal sudah
mengimplementasikan metode pendidikan yang tepat terhadap para sahabatnya.
Strategi pembelajaran yang beliau lakukan sangat akurat dalam menyampaikan
ajaran Islam.
Rasul saw. sangat memperhatikan situasi, kondisi dan karakter seseorang,
sehingga nilai-nilai Islami dapat ditransfer dengan baik. Rasulullah saw. juga
sangat memahami naluri dan kondisi setiap orang, sehingga beliau mampu
menjadikan mereka suka cita, baik meterial maupun spiritual, beliau senantiasa
mengajak orang untuk mendekati Allah SWT dan syari’at-Nya.
B.
METODE PENDIDIKAN ISLAM
1.
Pengertian Metode
Kata metode berasal dari bahasa Yunani. Secara etimologi, kata metode
berasal dari dari dua suku perkataan, yaitu meta dan hodos. Meta
berarti “melalui dan hodos berrti “jalan” atau “cara”[1][1]. Dalam Bahasa Arab metode dikenal dengan istilah thariqah
yang berarti langkah-langkah strategis yang harus dipersiapkan untuk melakukan
suatu pekerjaan[2][2]. Sedangkan dalam bahasa Inggris metode disebut method
yang berarti cara dalam bahasa Indonesia[3][3].
Sedangkan menurut terminologi (istilah) para ahli memberikan definisi yang
beragam tentang metode, terlebih jika metode itu sudah disandingkan dengan kata
pendidikan atau pengajaran diantaranya :
- Winarno Surakhmad mendefinisikan bahwa metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan[4][4]
- Abu Ahmadi mendefinisikan bahwa metode adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur[5][5]
- Ramayulis mendefinisikan bahwa metode mengajar adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Dengan demikian metode mengajar merupaka alat untuk menciptakan proses pembelajaran[6][6].
- Omar Mohammad mendefinisikan bahwa metode mengajar bermakna segala kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh guru dalam rangka kemestian-kemestian mata pelajaran yang diajarkannya, cirri-ciri perkembangan muridnya, dan suasana alam sekitarnya dan tujuan menolong murid-muridnya untuk mencapai proses belajar yang diinginkan dan perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku mereka[7][7].
Berdasarkan definisi yang dikemukakan para ahli mengenai pengertian metode
di atas, beberapa hal yang harus ada dalam metode adalah :
- Adanya tujuan yang hendak dicapai
- Adanya aktivitas untuk mencapai tujuan
- Aktivitas itu terjadi saat proses pembelaran berlangsung
- Adanya perubahan tingkah laku setelah aktivitas itu dilakukan.
Ada istilah lain yang dalam pendidikan yang mengandung makna berdekatan
dengan metode, yaitu pendekatan dan teknik/strategi. Pendekatan merupakan
pandangan falsafi terhadap subject matter yang harus diajarkan dapat juga
diartikan sebagai pedoman mengajar yang bersifat realistis/konseptual.
Sedangkan teknik/strategi adalah siasat atau cara penyajian yang dikuasai
pendidik dalam mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada peserta didik di
dalam kelas, agar bahan pelajaran dapat dipahami dan digunakan dengan baik.
2.
Asas Metode Pendidikan Islam
Dalam penerapannya, metode pendidikan Islam menyangkut permasalahan
individual atau social peserta didik dan pendidik itu sendiri. Untuk itu dalam
menggunakan metode seorang pendidik harus memperhatikan dasar-dasar umum metode
pendidikan Islam. Sebab metode pendidikan merupakan sarana atau jalan menuju
tujuan pendidikan, sehingga segala jalan yang ditempuh oleh seorang pendidik
haruslah mengacu pada asas-asas/dasar-dasar metode pendidikan tersebut. Asas
metode pendidikan Islam itu diantaranya adalah[8][8] :
a. Asas Agamis, maksudnya bahwa metode yang digunakan
dalam pendidikan Islam haruslah berdasarkan pada Agama. Sementara Agama Islam
merujuk pada Al Qur’an dan Hadits. Untuk itu, dalam pelaksanannya berbagai
metode yang digunakan oleh pendidik hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan yang
muncul secara efektif dan efesien yang dilandasi nilai-nilai Al Qur’an dan
Hadits.
- Asas Biologis, Perkembangan biologis manusia mempunyai pengaruh dalam perkembangan intelektualnya. Semakin dinamis perkembangan biologis seseorang, maka dengan sendirinya makin meningkat pula daya intelektualnya. Untuk itu dalam menggunakan metode pendidikan Islam seorang guru harus memperhatikan perkembangan biologis peserta didik.
- Asas Psikologis. Perkembangan dan kondisi psikologis peserta didik akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap penerimaan nilai pendidikan dan pengetahuan yang dilaksanakan, dalam kondisi yang labil pemberian ilmu pengetahuan dan internalisasi nilai akan berjalan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Oleh Karenanya Metode pendidikan Islam baru dapat diterapkan secara efektif bila didasarkan pada perkembangan dan kondisi psikologis peserta didiknya. Untuk itu seorang pendidik dituntut untuk mengembangkan potensi psikologis yang tumbuh pada peserta didik. Sebab dalam konsep Islam akal termasuk dalam tataran rohani.
- Asas sosiologis. Saat pembelanjaran berlangsung ada interaksi antara pesrta didik dengan peserta didik dan ada interaksi antara pendidik dengan peserta didik, atas dasar hal ini maka pengguna metode dalam pendidikan Islam harus memperhatikan landasan atau dasar ini. Jangan sampai terjadi ada metode yang digunakan tapi tidak sesuai dengan kondisi sosiologis peserta didik, jika hal ini terjadi bukan mustahil tujuan pendidikan akan sulit untuk dicapai.
Keempat asas di atas merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
dan harus diperhatikan oleh para pengguna metode pendidikan Islam agar dalam
mencapai tujuan tidak mengunakan metode yang tidak tepat dan tidak cocok
kondisi agamis, kondisi biologis, kondisi psikologis, dan kondisi sosiologis
peserta didik.
3.
Karakteristik Metode Pendidikan Islam
Diantara
karakteristik metode pendidikan Islam:
- Keseluruhan proses penerapan metode pendidikan Islam, mulai dari pembentukannya, penggunaannya sampai pada pengembangannya tetap didasarkan pada nilai-nilai asasi Islam sebagai ajaran yang universal.
- Proses pembentukan, penerapan dan pengembangannya tetap tidak dapat dipisahkan dengan konsep al-akhlak al-karimah sebagai tujuan tertinggi dari pendidikan Islam
- Metode pendidikan Islam bersifat luwes dan fleksibel dalam artian senantiasa membuka diri dan dapat menerima perubahan sesuai dengan situasi dan kondisi yang melingkupi proses kependidikan Islam tersebut, baik dari segi peserta didik, pendidik, materi pelajaran dan lain-lain.
- Metode pendidikan Islam berusaha sungguh-sungguh untuk menyeimbangkan antara teori dan praktik.
- Metode pendidikan Islam dalam penerapannya menekankan kebebasan peserta didik untuk berkreasi dan mengambil prakarsa dalam batas-batas kesopanan dan akhlak karimah.
- Dari segi pendidik, metode pendidikan Islam lebih menekankan nilai-nilai keteladanan dan kebebasan pendidik dalam menggunakan serta mengkombinasikan berbagai metode pendidikan yang ada dalam mencapai tujuan pengajaran.
- Metode pendidikan Islam dalam penerapannya berupaya menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan bagi terciptanya interaksi edukatif yang kondusif .
- Metode pendidikan Islam merupakan usaha untuk memudahkan proses pengajaran dalam mencapai tujuannya secara efektif dan efisien[9][9].
4. Macam-macam Metode dalam Pendidikan Islam
Sebagai ummat yang telah dianugerahi Allah Kitab AlQuran yang lengkap
dengan petunjuk yang meliputi seluruh aspek kehidupan dan bersifat universal
sebaiknya menggunakan metode mengajar dalam pendidikan Islam yang prinsip
dasarnya dari Al Qur’an dan Hadits. Diantara metode- metode tersebut adalah[10][10]:
a. Metode
Ceramah
Metode ceramah adalah cara penyampaian inforemasi melalui penuturan secara
lisan oleh pendidik kepada peserta didik. Prinsip dasar metode ini terdapat di
dalam Al Qur’an :
Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba
mereka membuat kezaliman di muka bumi tanpa (alasan) yang benar. Hai manusia,
Sesungguhnya (bencana) kezalimanmu akan menimpa dirimu sendiri (hasil kezalimanmu)
itu hanyalah kenikmatan hidup duniawi, kemudian kepada Kami-lah kembalimu, lalu
Kami kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan (Q.S. Yunus : 23)
b. Metode Tanya
jawab
Metode Tanya jawab adalah suatu cara mengajar dimana seorang guru mengajukan
beberapa pertanyaan kepada murid tentang bahan pelajaran yang telah diajarkan
atau bacaan yang telah mereka baca.
Prinsip dasar metode ini terdapat dalam hadits Tanya jawab antara Jibril
dan Nabi Muhammad tentang iman, islam, dan ihsan. Selain itu ada juga hadits
yang lainnya seperti hadits berikut ini :
Artinya: Hadis Qutaibah ibn Sa’id, hadis Lâis kata
Qutaibah hadis Bakr yaitu ibn Mudhar dari ibn Hâd dari Muhammad ibn Ibrahim
dari Abi Salmah ibn Abdurrahmân dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah saw. bersabda;
Bagaimana pendapat kalian seandainya ada sungai di depan pintu salah seorang di
antara kalian. Ia mandi di sana lima kali sehari. Bagaimana pendapat kalian?
Apakah masih akan tersisa kotorannya? Mereka menjawab, tidak akan tersisa
kotorannya sedikitpun. Beliau bersabda; Begitulah perumpamaan salat lima waktu,
dengannya Allah menghapus dosa-dosa. (Muslim, I: 462-463)
c. Metode
diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara penyajian/ penyampaian bahan pelajaran
dimana pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik/ membicarakan dan
menganalisis secara ilmiyah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau
menyusun berbagai alternative pemecahan atas sesuatu masalah. Abdurrahman
Anahlawi menyebut metode ini dengan sebutan hiwar (dialog)[11][11].
Prinsip dasar metode ini terdapat dalam Al Qur’an Surat Assafat : 20-23
yang berbunyi :
Dan mereka berkata: ”Aduhai celakalah kita!” Inilah
hari pembalasan.Inilah hari keputusan yang kamu selalu mendustakannya(kepada
Malaikat diperintahkan): “Kumpulkanlah orang-orang yang zalim beserta teman
sejawat mereka dan sembahan-sembahan yang selalu mereka sembah,Selain Allah;
Maka tunjukkanlah kepada mereka jalan ke neraka. (Q.S. Assafat : 20-23)
Selain itu
terdapat juga dalam hadits yang berbunyi :
Artinya: Hadis Qutaibah ibn Sâ’id dan Ali ibn Hujr,
katanya hadis Ismail dan dia ibn Ja’far dari ‘Alâ’ dari ayahnya dari Abu
Hurairah ra. bahwasnya Rasulullah saw. bersabda: Tahukah kalian siapa orang
yang muflis (bangkrut)?, jawab mereka; orang yang tidak memiliki dirham dan
harta.Rasul bersabda; Sesungguhnya orang yang muflis dari ummatku adalah orang
yang datang pada hari kiamat dengan (pahala) salat, puasa dan zakat,. Dia
datang tapi telah mencaci ini, menuduh ini, memakan harta orang ini,
menumpahkan darah (membunuh) ini dan memukul orang ini. Maka orang itu diberi
pahala miliknya. Jika kebaikannya telah habis sebelum ia bisa menebus
kesalahannya, maka dosa-dosa mereka diambil dan dicampakkan kepadanya, kemudian
ia dicampakkan ke neraka.(Muslim, t.t, IV: 1997)
d. Metode Pemberian
Tugas
Metode pemberian tugas adalah suatu cara mengajar dimana seorang guru
memberikan tugas-tugas tertentu kepada murid-murid, sedangkan hasil tersebut
diperiksa oleh gur dan murid harus mempertanggung jawabkannya.
Prinsip dasar metode ini terdapat dalam Al Qur’an yang berbunyi :
Artinya :
- Hai orang yang berkemul (berselimut),
- Bangunlah, lalu berilah peringatan!
- Dan Tuhanmu agungkanlah!
- Dan pakaianmu bersihkanlah,
- Dan perbuatan dosa tinggalkanlah,
- Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.
- Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.
e. Metode
Demontrasi
Metode demontrasi adalah suatu cara mengajar dimana guru mempertunjukan
tentang proses sesuatu, atau pelaksanaan sesuatu sedangkan murid memperhatikannya.
Prinsip dasarnya terdapat dalam hadits yang berbunyi
Artinya: Hadis dari Muhammad ibn Muşanna, katanya
hadis dari Abdul Wahhâb katanya Ayyũb dari Abi Qilâbah katanya hadis
dari Mâlik. Kami mendatangi Rasulullah saw. dan kami pemuda yang sebaya. Kami
tinggal bersama beliau selama (dua puluh malam) 20 malam. Rasulullah saw adalah
seorang yang penyayang dan memiliki sifat lembut. Ketika beliau menduga kami
ingin pulang dan rindu pada keluarga, beliau menanyakantentang orang-orang yang
kami tinggalkan dan kami memberitahukannya. Beliau bersabda; kembalilah bersama
keluargamu dan tinggallah bersama mereka, ajarilah mereka dan suruhlah mereka.
Beliau menyebutkan hal-hal yang saya hapal dan yang saya tidak hapal. Dan
salatlah sebagaimana kalian melihat aku salat. (al-Bukhari, I: 226)
f. Metode
eksperimen
Suatu cara mengajar dengan menyuruh murid melakukan suatu percobaan, dan
setiap proses dan hasil percobaan itu diamati oleh setiap murid, sedangkan guru
memperhatikan yang dilakukan oleh murid sambil memberikan arahan.
Prinsip dasar metode ini ada dalam hadits :
Artinya: Hadis Adam, katanya hadis Syu’bah ibn
Abdurrahmân ibn Abzâ dari ayahnya, katanya seorang laki-laki datang kepada Umar
ibn Khattâb, maka katanya saya sedang janabat dan tidak menemukan air, kata
Ammar ibn Yasir kepada Umar ibn Khattâb, tidakkah anda ingat ketika saya dan
anda dalam sebuah perjalanan, ketika itu anda belum salat, sedangkan saya
berguling-guling di tanah, kemudian saya salat. Saya menceritakannya kepada
Rasul saw. kemudian Rasulullah saw. bersabda: ”Sebenarnya anda cukup begini”.
Rasul memukulkan kedua telapak tangannya ke tanah dan meniupnya kemudian
mengusapkan keduanya pada wajah.(al-Bukhari, I: 129)
Hadis di atas
tergolong syarîf marfu’ dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong şiqah dan şiqah hafiz, şiqah şubut. Menurut al-Asqalani, hadis ini mengajarkan
sahabat tentang tata cara tayammum dengan perbuatan. (Al-Asqalani, I: 444)
Sahabat Rasulullah saw. melakukan upaya pensucian diri dengan berguling di
tanah ketika mereka tidak menemukan air untuk mandi janabat. Pada akhirnya
Rasulullah saw. memperbaiki ekperimen mereka dengan mencontohkan tata cara
bersuci menggunakan debu.
g. Metode
Amsal/perumpamaan
Yaitu cara mengajar dimana guru menyampaikan materi pembelajaran melalui
contoh atau perumpamaan.
Prinsip metode ini terdapat dalam Al Qur’an
Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang
menyalakan api Maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan
cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak
dapat melihat. (Q.S. Albaqarah : 17)
Selain itu terdapat pula dalam hadits yang berbunyi :
Artinya; Hadis dari Muhammad ibn Mutsanna dan lafaz
darinya, hadis dari Abdul Wahhâb yakni as- Śaqafi, hadis Abdullah dari Nâfi’
dari ibn Umar, Nabi saw. bersabda: Perumpamaan orang munafik dalam keraguan
mereka adalah seperti kambing yang kebingungan di tengah kambing-kambing yang
lain. Ia bolak balik ke sana ke sini. (Muslim, IV: 2146)
Hadis di atas tergolong syarîf marfu’ dengan kualitas perawi yang sebagian
tergolong şiqah dan şiqah şubut, şiqah hâfiz,
sedangkan ibn Umar adalah sahabat Rasulullah saw. Menurut ath-Thîby (1417H, XI:
2634), orang-orang munafik, karena mengikut hawa nafsu untuk memenuhi
syahwatnya, diumpamakan seperti kambing jantan yang berada di antara dua
kambing betina. Tidak tetap pada satu betina, tetapi berbolak balik pada ke
duanya. Hal tersebut diumpamakan seperti orang munafik yang tidak konsisten
dengan satu komitmen.
Perumpamaan dilakukan oleh Rasul saw. sebagai satu metode pembelajaran
untuk memberikan pemahaman kepada sahabat, sehingga materi pelajaran dapat
dicerna dengan baik. Matode ini dilakukan dengan cara menyerupakan sesuatu
dengan sesuatu yang lain, mendekatkan sesuatu yang abstrak dengan yang lebih konkrit.
Perumpamaan yang digunakan oleh Rasulullah saw. sebagai satu metode
pembelajaran selalu syarat dengan makna, sehinga benar-benar dapat membawa
sesuatu yang abstrak kepada yang konkrit atau menjadikan sesuatu yang masih
samar dalam makna menjadi sesuatu yang sangat jelas.
h. Metode
Targhib dan Tarhib
Yaitu cara mengajar dimana guru memberikan materi pembelajaran dengan
menggunakan ganjaran terhadap kebaikan dan hukuman terhadap keburukan agar
peserta didik melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan.
Prinsip dasarnya terdapat dalam hadits berikut ini :
Artinya: Hadis Abdul Aziz ibn Abdillah katanya
menyampaikan padaku Sulaiman dari Umar ibn Abi Umar dari Sâ’id ibn Abi Sa’id
al-Makbârî dari Abu Hurairah, ia berkata: Ya Rasulullah, siapakah yang paling bahagia
mendapat syafa’atmu pada hari kiamat?, Rasulullah saw bersabda: Saya sudah
menyangka, wahai Abu Hurairah, bahwa tidak ada yang bertanya tentang hadis ini
seorangpun yang mendahului mu, karena saya melihat semangatmu untuk hadis.
Orang yang paling bahagia dengan syafaatku ada hari Kiamat adalah orang yang
mengucapkan ”Lâilaha illa Allah” dengan ikhlas dari hatinya atau dari
dirinya.(al-Bukhari, t.t, I: 49)
Selain hadits
juga hadits berikut ini :
Artinya: Hadis Ahmad ibn Shalih, hadis Abdullah ibn
Wahhab, Umar memberitakan padaku dari Bakr ibn Suadah al-Juzâmi dari Shâlih ibn
Khaiwân dari Abi Sahlah as-Sâ’ib ibn Khallâd, kata Ahmad dari kalangan sahabat
Nabi saw. bahwa ada seorang yang menjadi imam salat bagi sekelompok orang,
kemudian dia meludah ke arah kiblat dan Rasulullah saw. melihat, setelah
selesai salat Rasulullah saw. bersabda ”jangan lagi dia menjadi imam salat bagi
kalian”… (Sijistani, t.t, I: 183).
Hadis di atas tergolong syarîf marfū’ dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong şiqah hâfiz, şiqah dan şiqah azaly. Memberikan hukuman (marah) karena orang
tersebut tidak layak menjadi imam. Seakan-akan larangan tersebut disampaikan
beliau tampa kehadiran imam yang meludah ke arah kiblat ketika salat. Dengan
demikian Rasulullah saw. memberi hukuman mental kepada seseorang yang berbuat
tidak santun dalam beribadah dan dalam lingkungan social.
Sanksi dalam pendidikan mempunyai arti penting, pendidikan yang terlalu
lunak akan membentuk pelajar kurang disiplin dan tidak mempunyai keteguhan hati.
Sanksi tersebut dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut, dengan teguran,
kemudian diasingkan dan terakhir dipukul dalam arti tidak untuk menyakiti
tetapi untuk mendidik. Kemudian dalam menerapkan sanksi fisik hendaknya
dihindari kalau tidak memungkinkan, hindari memukul wajah, memukul sekedarnya
saja dengan tujuan mendidik, bukan balas dendam.
i. Metode
pengulangan (tikror)
Yaitu cara mengajar dimana guru memberikan materi ajar dengan cara
mengulang-ngulang materi tersebut dengan harapan siswa bisa mengingat lebih
lama materi yang disampaikan.
Prinsip dasarnya terdapat dalam hadits berikut :
Artinya: Hadis Musaddad ibn Musarhad hadis Yahya dari
Bahzâ ibn Hâkim, katanya hadis dari ayahnya katanya ia mendengar Rasulullah saw
bersabda: Celakalah bagi orang yang berbicara dan berdusta agar orang-orang
tertawa. Kecelakaan baginya, kecelakaan baginya. (As-Sijistani, t.t, II: 716).
Hadis di atas tergolong syarîf marfu’ dengan kualitas perawi yang sebagian
tergolong şiqah dan şiqah hafiz, şiqah sadũq. Rasulullah saw. mengulang tiga kali perkataan
”celakalah”, ini menunjukkan bahwa pembelajaran harus dilaksanakan dengan baik
dan benar, sehingga materi pelajaran dapat dipahami dan tidak tergolong pada
orang yang merugi.
Satu proses yang penting dalam pembelajaran adalah pengulangan/latihan atau
praktek yang diulang-ulang. Baik latihan mental dimana seseorang membayangkan
dirinya melakukan perbuatan tertentu maupun latihan motorik yaitu melakukan
perbuatan secara nyata merupakan alat-alat bantu ingatan yang penting. Latihan
mental, mengaktifkan orang yang belajar untuk membayangkan kejadian-kejadian
yang sudah tidak ada untuk berikutnya bayangan-bayangan ini membimbing latihan
motorik. Proses pengulangan juga dipengaruhi oleh taraf perkembangan seseorang.
Kemampuan melukiskan tingkah laku dan kecakapan membuat model menjadi kode
verbal atau kode visual mempermudah pengulangan. Metode pengulangan dilakukan
Rasulullah saw. ketika menjelaskan sesuatu yang penting untuk diingat para
sahabat.
C. SIMPULAN
Dari pembahasan
di atas dapat disimpulkan bahwa metode dan pendekatan dalam pendidikan Islam
mempunyai peranan yang amat penting dalam pencapaian tujuan pendidikan. Sebaik
apapun materi yang akan kita sampaikan tanpa disertai metode yang tepat dalam
pencapaiannya dikhawatirkan esensi dari materi tersebut tidak sampai dan tidak
difahami oleh peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Al Syaibani,
Omar Mohammad, 1979, Falsafah Pendidikan Islam, Jakarta : Bulan Bintang
Echol, Jhon M
dan Shadily, Hasan, 1995, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama
Ihsan, Hamdani
dan A. Fuad Ihsan. 2007. filsafat Pendidikan Islam. Bandung: CV Pustaka
Setia
Nizar, Samsu.
2002. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers
Ramayulis,
2008, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia
________, 2008,
Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia
Ramayulis dan
Nizar, Samsu, 2009, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia
[1][1] Ramayulis dan Samsu Nizar, Filsafat
Pendidikan Islam Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya,
(Jakarta : Kalam mulia, 2009) hlm. 209.
[2][2] Shalih Abd. Al Aziz, at tarbiyah
wa thuriq al tadris, (Kairo, maarif, 119 H), hal. 196 dalam Ramayulis, Metodologi
Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 2008), hal. 2-3.
[3][3] John M Echol dan Hasan Shadily, Kamus
Inggris Indonesia, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1995) hal. 379.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar