Selasa, 23 Oktober 2012

TEORI-TEORI PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN SISTEM PENDIDIKAN ISLAM



BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat, dewasa ini pendidikan menjadi salah satu barometer dalam menentukan tingkat daya saing bangsa pada tataran Global, tak ayal masing-masing Negara berlomba menyelenggarakan pendidikan yang bermutu serta berkualitas. Untuk memperoleh hasil pendidikan yang bermutu maka tidak boleh tidak sebuah pendidikan harus mempunyai perencanaan yang matang, pelaksanaan peremcanaan serta evaluasi yang reliable.

B.Rumusan Masalah
v  Bagaimana teori – teori perkembangan pendidikan dilembaga pendidikan?
v  Bagaimana perkembangan ilmu pendidiakan didunia sekarang ini?
v  Apa tujuan pendidiakan didunia pendidikan?.



BAB II
PEMBAHASAN
TEORI-TEORI PENGEMBANGAN  PENGEMBANGAN SISTEM PENDIDIKAN ISLAM

A  Pengertian Pendidikan

              Pendidikan berasal dari kata “didik”, Lalu kata ini mendapat awalan kata “me” sehingga menjadi “mendidik” artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

B. Teori Pendidikan

          Kurikulum memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan
teori pendidikan. Suatu kurikulum disusun dengan mengacu pada satu atau beberapa teori kurikulum dan teori kurikulum dijabarkan berdasarkan teori pendidikan tertentu.Nana S. Sukmadinata (1997) mengemukakan 4 (empat ) teori pendidikan, yaitu [1]

1.  Pendidikan klasik,

          Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat klasik, seperti Perenialisme, Eessensialisme, dan Eksistensialisme dan memandang bahwa pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan meneruskan warisan budaya. Teori ini lebih menekankan peranan isi pendidikan dari pada proses.

          Isi pendidikan atau materi diambil dari khazanah ilmu pengetahuan yang ditemukan dan dikembangkan para ahli tempo dulu yang telah disusun secara logis dan sistematis. Dalam prakteknya, pendidik mempunyai peranan besar dan lebih dominan, sedangkan peserta didik memiliki peran yang pasif, sebagai penerima informasi dan tugas-tugas dari pendidik.

2.  Pendidikan pribadi

            Teori pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa sejak dilahirkan anak telah memiliki potensi-potensi tertentu. Pendidikan harus dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik dengan bertolak dari kebutuhan dan minat peserta didik. Dalam hal ini, peserta didik menjadi pelaku utama pendidikan, sedangkan pendidik hanya menempati posisi kedua, yang lebih berperan sebagai pembimbing, pendorong, fasilitator dan pelayan peserta didik.
Teori pendidikan pribadi menjadi sumber bagi pengembangan model kurikulum humanis. yaitu suatu model kurikulum yang bertujuan memperluas kesadaran diri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan dan proses aktualisasi diri. Kurikulum humanis merupakan reaksi atas pendidikan yang lebih menekankan pada aspek intelektual (kurikulum subjek akademis),[2]

3. Teknologi pendidikan

           Teknologi pendidikan yaitu suatu konsep pendidikan yang mempunyai persamaan dengan pendidikan klasik tentang peranan pendidikan dalam menyampaikan informasi. Namun diantara keduanya ada yang berbeda. Dalam teknologi pendidikan, lebih diutamakan adalah pembentukan dan penguasaan kompetensi atau kemampuan-kemampuan praktis, bukan pengawetan dan pemeliharaan budaya lama.

         Dalam teori pendidikan ini, isi pendidikan dipilih oleh tim ahli bidang-bidang khusus, berupa data-data obyektif dan keterampilan-keterampilan yang yang mengarah kepada kemampuan vocational . Isi disusun dalam bentuk desain program atau desain pengajaran dan disampaikan dengan menggunakan bantuan media elektronika dan para peserta didik belajar secara individual.
Peserta didik berusaha untuk menguasai sejumlah besar bahan dan pola-pola kegiatan secara efisien tanpa refleksi. Keterampilan-keterampilan barunya segera digunakan dalam masyarakat. Guru berfungsi sebagai direktur belajar, lebih banyak tugas-tugas pengelolaan dari pada penyampaian dan pendalaman bahan.[3]

4. Pendidikan interaksional

            Pendidikan interaksional yaitu suatu konsep pendidikan yang bertitik tolak dari pemikiran manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi dan bekerja sama dengan manusia lainnya. Pendidikan sebagai salah satu bentuk kehidupan juga berintikan kerja sama dan interaksi. Dalam pendidikan interaksional menekankan interaksi dua pihak dari guru kepada peserta didik dan dari peserta didik kepada guru.

         Lebih dari itu, dalam
teori pendidikan ini, interaksi juga terjadi antara peserta didik dengan materi pembelajaran dan dengan lingkungan, antara pemikiran manusia dengan lingkungannya. Interaksi terjadi melalui berbagai bentuk dialog. Dalam pendidikan interaksional, belajar lebih sekedar mempelajari fakta-fakta.

          Peserta didik mengadakan pemahaman eksperimental dari fakta-fakta tersebut, memberikan interpretasi yang bersifat menyeluruh serta memahaminya dalam konteks kehidupan. Filsafat yang melandasi pendidikan interaksional yaitu filsafat rekonstruksi sosial.

C. Sistem Pendidikan Islam

          Pendidikan Islam merupakan suatu upaya yang terstruktur untuk membentuk manusia yang berkarakter sesuai dengan konsekuensinya sebagai seorang muslim.

D.Pendekatan-Pendekatan dalam pengembangan Teori Pendidikan

            Pendidikan dapat dilihat dalam dua sisi yaitu: (1) pendidikan sebagai praktik dan (2) pendidikan sebagai teori. Pendidikan sebagai praktik yakni seperangkat kegiatan atau aktivitas yang dapat diamati dan disadari dengan tujuan untuk membantu pihak lain (baca: peserta didik) agar memperoleh perubahan perilaku. Sementara pendidikan sebagai teori yaitu seperangkat pengetahuan yang telah tersusun secara sistematis yang berfungsi untuk menjelaskan, menggambarkan, meramalkan dan mengontrol berbagai gejala dan peristiwa pendidikan, baik yang bersumber dari pengalaman-pengalaman pendidikan (empiris) maupun hasil perenungan-perenungan yang mendalam untuk melihat makna pendidikan dalam konteks yang lebih luas.[4]

          Diantara keduanya memiliki keterkaitan dan tidak bisa dipisahkan. Praktik pendidikan seyogyanya berlandaskan pada teori pendidikan. Demikian pula, teori-teori pendidikan seyogyanya bercermin dari praktik pendidikan. Perubahan yang terjadi dalam praktik pendidikan dapat mengimbas pada teori pendidikan. Sebaliknya, perubahan dalam teori pendidikan pun dapat mengimbas pada praktik pendidikan
           Terkait dengan upaya mempelajari pendidikan sebagai teori dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan, diantaranya: (1) pendekatan sains; (2) pendekatan filosofi; dan (3) pendekatan religi. (Uyoh Sadulloh, 1994).

1. Pendekatan Sains

          Pendekatan sains yaitu suatu pengkajian pendidikan untuk menelaah dan dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan menggunakan disiplin ilmu tertentu sebagai dasarnya. Cara kerja pendekatan sains dalam pendidikan yaitu dengan menggunakan prinsip-prinsip dan metode kerja ilmiah yang ketat, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif sehingga ilmu pendidikan dapat diiris-iris menjadi bagian-bagian yang lebih detail dan mendalam.

         Melalui pendekatan sains ini kemudian dihasilkan sains
pendidikan atau ilmu pendidikan, dengan berbagai cabangnya, seperti: (1) sosiologi pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari sosiologi dalam pendidikan untuk mengkaji faktor-faktor sosial dalam pendidikan; (2) psikologi pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari psikologi untuk mengkaji perilaku dan perkembangan individu dalam belajar; (3) administrasi atau manajemen pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari ilmu manajemen untuk mengkaji tentang upaya memanfaatkan berbagai sumber daya agar tujuan-tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien; (4) teknologi pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari sains dan teknologi untuk mengkaji aspek metodologi dan teknik belajar yang efektif dan efisien; (5) evaluasi pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari psikologi pendidikan dan statistika untuk menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa; (6) bimbingan dan konseling, suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari beberapa disiplin ilmu, seperti: sosiologi,
 teknologidanterutamapsikologi.Tentunya masih banyak cabang-cabang ilmu pendidikan lainnya yang terus semakin berkembang yang dihasilkan melalui berbagai kajian ilmiah.

2. Pendekatan Filosofi

         Pendekatan filosofi yaitu suatu pendekatan untuk menelaah dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan menggunakan metode filsafat. Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan semata, yang hanya terbatas pada pengalaman. Dalam pendidikan akan muncul masalah-masalah yang lebih luas, kompleks dan lebih mendalam, yang tidak terbatas oleh pengalaman inderawi maupun fakta-fakta faktual, yang tidak mungkin dapat dijangkau oleh sains.

              Masalah-masalah tersebut diantaranya adalah tujuan pendidikan yang bersumber dari tujuan hidup manusia dan nilai sebagai pandangan hidup. Nilai dan tujuan hidup memang merupakan fakta, namun pembahasannya tidak bisa dengan menggunakan cara-cara yang dilakukan oleh sains, melainkan diperlukan suatu perenungan yang lebih mendalam.

         Cara kerja pendekatan filsafat dalam pendidikan dilakukan melalui metode berfikir yang radikal, sistematis dan menyeluruh tentang pendidikan, yang dapat dikelompokkan ke dalam tiga model: (1) model filsafat spekulatif; (2) model filsafat preskriptif; (3) model filsafat analitik. Filsafat spekulatif adalah cara berfikir sistematis tentang segala yang ada, merenungkan secara rasional-spekulatif seluruh persoalan manusia dengan segala yang ada di jagat raya ini dengan asumsi manusia memliki kekuatan intelektual yang sangat tinggi dan berusaha mencari dan menemukan hubungan dalam keseluruhan alam berfikir dan keseluruhan pengalaman Filsafat preskriptif berusaha untuk menghasilkan suatu ukuran (standar) penilaian tentang nilai-nilai, penilaian tentang perbuatan manusia, penilaian tentang seni, menguji apa yang disebut baik dan jahat, benar dan salah, bagus dan jelek. Nilai suatu benda pada dasarnya inherent dalam dirinya, atau hanya merupakan gambaran dari fikiran kita. Dalam konteks pendidikan, filsafat preskriptif memberi resep tentang perbuatan atau perilaku manusia yang bermanfaat.
          Filsafat analitik memusatkan pemikirannya pada kata-kata, istilah-istilah, dan pengertian-pengertian dalam bahasa, menguji suatu ide atau gagasan untuk menjernihkan dan menjelaskan istilah-istilah yang dipergunakan secara hati dan cenderung untuk tidak membangun suatu mazhab dalam sistem berfikir
Terdapat beberapa aliran dalam filsafat, diantaranya: idealisme, materialisme, realisme dan pragmatisme. Aplikasi aliran-aliran filsafat tersebut dalam pendidikan kemudian menghasilkan filsafat
pendidikan, yang selaras dengan aliran-aliran filsafat tersebut. Filsafat pendidikan akan berusaha memahami pendidikan dalam keseluruhan, menafsirkannya dengan konsep-konsep umum, yang akan membimbing kita dalam merumuskan tujuan dan kebijakan pendidikan. Dari kajian tentang filsafat pendidikan selanjutnya dihasilkan berbagai teori pendidikan, diantaranya:[5]

 (1) perenialisme
 (2) esensialisme
 (3)progresivism
 (4)rekonstruktivisme.


           Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini menekankan pada kebenaran absolut , kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.

3. Pendekatan Religi

          Pendekatan religi yaitu suatu pendekatan untuk menyusun teori-teori pendidikan dengan bersumber dan berlandaskan pada ajaran agama. Di dalamnya berisikan keyakinan dan nilai-nilai tentang kehidupan yang dapat dijadikan sebagai sumber untuk menentukan tujuan, metode bahkan sampai dengan jenis-jenis pendidikan.

          Cara kerja pendekatan religi berbeda dengan pendekatan sains maupun filsafat dimana cara kerjanya bertumpukan sepenuhnya kepada akal atau ratio, dalam pendekatan religi, titik tolaknya adalah keyakinan (keimanan). Pendekatan religi menuntut orang meyakini dulu terhadap segala sesuatu yang diajarkan dalam agama, baru kemudian mengerti, bukan sebaliknya.

        Terkait dengan teori
pendidikan Islam, dalam bukunya “ Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam” mengemukakan dasar ilmu pendidikan Islam yaitu Al-Quran, Hadis dan Akal. Al-Quran diletakkan sebagai dasar pertama dan Hadis Rasulullah SAW sebagai dasar kedua. Sementara akal digunakan untuk membuat aturan dan teknis yang tidak boleh bertentangan dengan kedua sumber utamanya (Al-Qur’an dan Hadis), yang memang telah terjamin kebenarannya. Dengan demikian, teori pendidikan Islam tidak merujuk pada aliran-aliran filsafat buatan manusia, yang tidak terjamin tingkat kebenarannya.
Berkenaan dengan tujuan pendidikan Islam,
\
          Sementara itu, Ahmad Tafsir  merumuskan tentang tujuan umum pendidikan Islam yaitu muslim yang sempurna dengan ciri-ciri : (1) memiliki jasmani yang sehat, kuat dan berketerampilan; (2) memiliki kecerdasan dan kepandaian dalam arti mampu menyelesaikan secara cepat dan tepat; mampu menyelesaikan secara ilmiah dan filosofis; memiliki dan mengembangkan sains; memiliki dan mengembangkan filsafat dan (3) memiliki hati yang takwa kepada Allah SWT, dengan sukarela melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi larangannya dan hati memiliki hati yang berkemampuan dengan alam gaib.[6]

          Dalam teori pendidikan Islam, dibicarakan pula tentang hal-hal yang berkaitan dengan substansi pendidikan lainnya, seperti tentang sosok guru yang islami, proses pembelajaran dan penilaian yang islami, dan sebagainya Mengingat kompleksitas dan luasnya lingkup pendidikan, maka untuk menghasilkan teori pendidikan yang lengkap dan menyeluruh kiranya tidak bisa hanya dengan menggunakan satu pendekatan saja. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan holistik dengan memadukan ketiga pendekatan di atas yang terintegrasi dan
yang tidak dapat di observasi dan diukur. Seperti yang kita ketahui bahwa indra dan rasa bukan satu-satunya alat yang dapat digunakan untuk memperoleh pengetahuan.
          Al-Quran yang merupaka kitab wahyu dari Allah, sains tidak akan mampu mengujinya secara empiris, dan secara keseluruhan. Dalam surat Al-Baqarah dijelaskan kalau tidak salah ayat 3 secara umum dapat kita golongkan bahwa kepercayaan orang mukmin terhadap terhadap segala yang ghaib, mendahului referensi terhadap perilaku yang dapat diobservasi. Orang -orang islam menerima sistem etika islam yang bersumber dari Al-Quran, karena datang dari Allah Yang Maha Ghaib, yang diyakini sebagai sistem etika terbaik, bukan hasil temuan empiris, juga bukan hasil eksperimentasi sains.

         Teori pendidikan Islam merupakan teori yang terintegratif yang berdasrkan pada prinsip-prinsip Qurani. Jadi teori pendidikan Islam tidak akan bertentangan dengan hasil-hasil sains bahkan dapat menerima dan memamfaatkan bagian-bagian dari sains bagi pelkasanaan operasional pendidikan.
Sebagai contoh konsep tentang kejadian manusia sudah dijelaskan dalam Al-quran misalnya dari surat yasin dimana dasar pengetahuan ini bisa dijadikan pijakan untuk membuktikakanya secara empiris yang pada akhirnya apa yang dijelaskan oleh Al-Quran sesuai denga apa yangdibuktikan oleh sains. Dan masih banyak lagi contoh-contoh gambaran ilmu yang disebutkan dalam Al-Quran yang kebenarannya dibuktikan oleh sains.



























BAB III

PENUTUP
A.Kesimpulan

        Dalam teori pendidikan Islam, dibicarakan pula tentang hal-hal yang berkaitan dengan substansi pendidikan lainnya, seperti tentang sosok guru yang islami, proses pembelajaran dan penilaian yang islami, dan sebagainya Mengingat kompleksitas dan luasnya lingkup pendidikan, maka untuk menghasilkan teori pendidikan yang lengkap dan menyeluruh kiranya tidak bisa hanya dengan menggunakan satu pendekatan saja. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan holistik dengan memadukan ketiga pendekatan di atas yang terintegrasi dan
yang tidak dapat di observasi dan diukur. Seperti yang kita ketahui bahwa indra dan rasa bukan satu-satunya alat yang dapat digunakan untuk memperoleh pengetahuan.


B.Saran

Dengan adanya perkembangan ilmu pendidikan islam dapat menambah kalitas sumber daya pemahaman umat islam yang semakin berkembang saat ini dan bisa menjadi patokan bagi kita mahasiswa(i),dan bisa dimamfaatkan kan poleh kita semua Amin.....























DAFTAR PUSTAKA




Muhaimin dan Abd Mujib,. Pemikiran Pendidikan Islam, Bandung: Trigenda Karya. 1993

Nurkancana, Wayan, dan Sumartana,Evalusi Pendidikan, Surabaya:PT Pustaka Setia 1986

Tafsir, Ahmad,. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: Rosdakarya. 1994

Fadjar, A. Malik,  Pembaruan Pendidikan Islam, Jakarta:Cv Rosdakarya, 1998

Rosihon Anwar, dkk, Pengantar Studi Islam, Bandung : Cv Pustak Setia, 2009.




[1] Abd Mujib Muhaimin,. Pemikiran Pendidikan Islam, Bandung: Trigenda Karya. 1993 Hal 40

[2] Wayan,Nurkancana,, dan Sumartana,Evalusi Pendidikan, Surabaya:PT Pustaka Setia 1986 Hal 180

[3]Ahmad Tafsir,. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: Rosdakarya. 1994 Hal 45

[4] A. Malik Fadjar, ,  Pembaruan Pendidikan Islam, Jakarta:Cv Rosdakarya, 1998. Hal 67.
[5] Anwar Rosihon, dkk, Pengantar Studi Islam, Bandung : Cv Pustak Setia, 2009. Hal 87.

Senin, 22 Oktober 2012

Pengertian Iman



Pengertian Iman
Pengertian iman dari bahasa Arab yang artinya percaya. Sedangkan menurut istilah, pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan). Dengan demikian, pengertian iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaanNya, kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata.
Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman) sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan di atas. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.
Beriman kepada Allah adalah kebutuhan yang sangat mendasar bagi seseorang. Allah memerintahkan agar ummat manusia beriman kepada-Nya, sebagaimana firman Allah yang artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman. Tetaplah beriman kepada Allah dan RasulNya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al Qur’an) yang diturunkan kepada RasulNya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasulNya, dan hari kemudian, maka sungguh orang itu telah tersesat sangat jauh.” (Q.S. An Nisa : 136)
Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa Bila kita ingkar kepada Allah, maka akan mengalami kesesatan yang nyata. Orang yang sesat tidak akan merasakan kebahagiaan dalam hidup. Oleh karena itu, beriman kepada Allah sesungguhnya adalah untuk kebaikan manusia. Pengertian Nabi dan Rasul – [Kembali ke daftar isi]

Nabi adalah seseorang dengan jenis kelamin pria yang mendapat wahyu dari Allah SWT namun tidak wajib disebarkan kepada orang lain.
Rasul adalah seseorang dengan jenis kelamin laki-laki yang mendapatkan wahyu dari Allah SWT dan memiliki kewajiban untuk menyebar luaskan wahyu tersebut.

rbedaan Para Nabi dan Para Rasul – [Kembali ke daftar isi]

Dari definisi nabi dan rasul diatas, maka dapat disimpulkan perbedaan antara nabi dan rasul yaitu; Para Nabi boleh menyampaikan wahyu yang diterimanya tetapi tidak punya kewajiban atas umat tertentanda-tanda beriman kepada rasul-rasul allah swt

Yassir Firdaus04:36
Tanda beriman kepada para Rasul ada yang berupa sikap mental yakni pikiran dan perasaan dan ada pula yang bersikap lahir yaitu ungkapan secara lisan, tulisan dan perbuatan.
          Tanda-tanda beriman kepada Rasul-rasul Allah SWT yang berupa sikap mental antara lain:
1.      Mempercayai sepenuh hati bahwa para rasul/nabi adalah manusia pilihan Allah SWT yang di utus untuk menyampaikan wahyu-wahyu-Nya dan ajaran-ajaran-Nya kepada umat manusia agar dijadikan pedoman hidup.
2.      Mempercayai sepenuh hati bahwa para nabi dan Rasul Allah, wajib memiliki sifat mulia dan mustahil bersifat tercela. Sifat-sifat mulia itu adalah:
         Sidiq artinya benar mustahil bersifat Kizib artinya dusta
         Amanah artinya dapat dipercaya mustahil khianat artinya penipu
         Tablig artinya menyampaikan mustahil kitman artinya menyembunyikan
         Fathonah atinya cerdik/cerdas mustahil baladah artinya bodoh
3.      Mempercayai bahwa Nabi dan Rasul allah ada yang termasuk ulul azmi (Nuh as, Ibrahim as, Musa as, Isa as, Muhammad saw)  yaitu nabi dan Rasul yang memiliki kesabaran dan ketabahan yang luar biasa di dalam menghadapi berbagai penderitaan dan gangguan selama melaksanakan tugas risalah Allah SWT.
4.      Mempercayai Nabi Muhammad SAW sebadai nabi terakhir dan penutup para nabi dan nabi Muhammad SAW diutus oleh Allah SWT untuk seluruh umat manusia yang tercantum dalam Q.S. Saba:28
Tanda-tanda beriman yang berupa sikap lahir antara lain
1.      Menaati risalah (ajaran Allah SWT yang disampaikan Rasul-Nya
2.      Melaksanakan seruan Rasulullah untuk beribadah hanya kepada Allah SWT dan menjauhkan diri dari sikap dan perilaku syirik
3.      Berperilku giat bekerja mencari rezeki yang halal, sesuai dengan keahliannya. Orang yang beriman kepada Rasul Allah SWT tidak akan menjadi pemalas, duduk berpangku tangan, tidak mau berusaha sehingga hidupnya menjadi beban orang lain
1.   4.      Melakukan usaha-usaha agar kualitas hidupnya meningkat kederajat yang lebih tinngi. Usaha-usah itu misalnya: PENGERTIAN IMAN KEPADA RASUL ALLAH
Iman kepada Rasul-rasul Allah berarti mempercayai bahwa Rasul Allah adalah seseorang yang diutus Allah untuk menyampaikan ajaran Allah (Wahyu) yang diterimanya kepada umatnya agar dijadikan pedoman hidup.

Ada yang berpendapat bahwa pengertian Rasul sama dengan Nabi. Pendapat lain mengatakan bahwa setiap Rasul sudah pasti Nabi, tetapi tidak semua Nabi adalah Rasul. Rasul adalah Nabi yang ditugaskan untuk menyampaikan wahyu (ajaran Allah) kepada umat manusia. Adapun Nabi tidak diberi tugas untuk menyampaikan wahyu kepada umat manusia, wahyu yang diterima hanya untuk Nabi sendiri. Hadits riwayat Imam Ahmad dari Abu Dzar bahwa jumlah Nabi ada 124.000 orang, sedangkan Rasul berjumlah 315 orang.
Rasul adalah manusia utama pilihan Allah SWT. Ciri-ciri seorang rasul antara lain : 
  • Seorang laki-laki yang sehat jasmani dan rohaninya.
  • Mempunyai akal yang sempurna.
  • Berjiwa ismah (ma'sum).
  • Dan berasal dari keturunan orang baik-baik.
Memelihara dan meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani
Memelihara dan meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT
Meningkatkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat. Misalnya, ilmu pengetahuan tentang pertanian, perikanan, peternakan, teknologi,dan kedokteran.tu atau wilayah tertentu. Sementara, kata “rasul” berasal dari kata risala yang berarti penyampaian. Karena itu, para rasul, setelah lebih dulu diangkat sebagai nabi, bertugas menyampaikan wahyu dengan kewajiban atas suatu umat atau wilayah tertentu. Dari semua rasul, Muhammad sebagai ‘Nabi Penutup’ yang mendapat gelar resmi di dalam Al-Qur’an Rasulullah adalah satu-satunya yang kewajibannya meliputi umat dan wilayah seluruh alam semesta ‘Rahmatan lil Alamin’.